Senin, 10 September 2012

CURAHAN KASIH TUHAN



Sebuah Perenungan
oleh:Okterlians Tapilouw

Seputih hati, sebening Kristal, semurni Kasih Tuhan – yang tercurah setiap pagi, laksana embun menyegarkan dedaunan; Disaat kaki melangkah menyusuri  jalan berbatu, terik mentari menjadi sahabat “mereka” saat bekerja – ditemani keletihan pulang kerumah. Diam segalanya menjadi tenang dalam keheningan malam, diselimuti rasa yang mengharapkan CURAHAN KASIH TUHAN. Ada yang mendekat, ada yang dirasakan; belaian lembut dari Tangan yang merangkul, penuh Kasih, menyentuh dan membuka mata hati. Seluruh jiwa dan raga diam dan menerima.
Oh Tuhan, Beta sungguh menyadari segalanya; Engkau tahu setiap rasa yang mengalami tekanan, menumpuk
dan terasa berat; ketika Tangan KasihMu dengan lembut menyentuh pundakku; Keheningan malam masih menyelimuti, dalam kelemahan Roh Kudus memampukan diri, melembutkan hati untuk tetap berucap penuh harap. Tangan Kasih itu kian mendekap erat – pada saat itu, Sang Penolong bertemu, menyatu dalam jiwa dan raga. Tak terasa malam berlalu begitu cepat, Sang Surya mulai menampakan keperkasaannya, pagi menyadarkan kita tentang harapan yang didambakan dan kenyataan yang akan di jalani; Mata masih tetap menatap panorama karya Cipta Yang Maha Kuasa; “Bumi Losir Tercinta”, Jemaat Serili yang turut mendidikku sebagai Pelayan Tuhan yang harus bertarung bersama “Kawanan Domba Gembalaan Allah” yang masih berjuang menemukan “rumput hijau” di cela-cela bebatuan, dan sering kesulitan menemukan “sumber air” untuk melepaskan dahaga, tetapi Tuhan Sumber Air Hidup menurunkan hujan tepat pada waktunya.  


  Di tempat ini, yang untuk kebanyakan orang “seperti neraka berpagar  Karang ”,  yang berdiri kokoh tak tergoyahkan dan seperti tidak membawa keberuntungan; tetapi Beta tetap mensyukuri semuanya, disaat melihat bayi-bayi lahir dari tahun ke tahun, anak-anak kecil dengan lincahnya bermain diatas pasir bagaikan “Tarian Seka” yang hampir punah; pemuda-pemudi masih harus berjuang dalam upaya manantang hidup, meraih harapan dan cita-cita; Mereka yang telah berumahtangga masih tetap setia ditemani parang dan bakul berjuang diatas batu untuk mengisi lumbung jagung yang meminta penambahan persediaan hidup selama setahun; Kerutan diwajah orang-orang tua memperlihatkan garis-garis hidup yang panjang, tegar dan tetap bertahan ditemani lantunan Pantun Adat mengisi sisa hidup.

Nyanyian Kidung Jemaat No.408, menyadarkan tentang semua yang dialami bersama mereka: “Di jalanku yang berliku dihiburnya hatiku; bila tiba pencobaan, dikuatkan imanku. Jika aku kehausan dan langkahku tak tetap, dari cadas di depanku datang air yang sedap; dari cadas di depanku datang air yang sedap"

 Cadas telah turut membentuk Beta menjadi seseorang yang berarti bagi orang lain.
 Mereka masih menapaki  “Padang Batu" pemberian Tuhan .

Tuhan , Engkau tahu setiap sisi lemah diri ini yang balik menghantam. Saat pewartaan; Perlahan-lahan menghampiri mereka yang siap menyambut kehadiran Tuhan untuk menguatkan sisi lemah; seperti memandang cermin yang berdebu, ada yang harus dibersihkan; Beta adalah salah satu yang dinilai Tuhan – Ketika menulis khotbah, ketika selesai berkhotbah, ketika mengambil bagian dalam persekutuan dengan segala konsekuensinya; Mata Hati tetap berbisik menggugah nurani: Beta bahkan belum lebih baik, dari kata demi kata yang tercetus dari mulut yang pernah kotor, tangan yang pernah kotor,  kaki yang pernah salah melangkah.
Semuanya masih terpaut menjadi satu; disaat hampir hancur, Engkau menggoyang pundakku, menggetarkan hati mereka. Persaudaraan masih terjalin, seperti sebongkah Kristal yang berkilauan, semurni emas yang teruji; dengan keteguhan hati untuk tetap menjawab tantangan dan perubahan di depan, bahwa: ada yang harus dikuatkan dan dipertahankan yaitu keteguhan Iman. Ya, hidup  beriman yang sungguh untuk menunjukan kepatuhan dan menyerahkan seluruh keberadaan kepada Tuhan.
Kampung baru
Dengan “beriman”, kita tetap berada pada posisi sebagai hamba, sahabat, dan anak-anak Tuhan secara rohani, agar memperoleh arah yang tepat untuk bertindak secara dewasa, sebab dengan kedewasaan iman, memungkinkan kita mampu melangkah dengan tepat, menempuh jalan yang dikehendaki Tuhan.
Tuhan memungkinkan kita hidup dalam dunia ini, adalah untuk menikmati segala Pemberian , Berkat dan AnugerahNya. “Katong samua” dituntut untuk berjuang dengan jerih payah dan memperolehnya dengan jujur, sebab apapun yang diterima lewat perjuangan yang benar, meskipun sedikit di mata manusia, tetapi itulah CURAHAN KASIH TUHAN YESUS kepada kita untuk digunakan , meskipun harus menolong orang lain.


Dalam menghadapi sebuah pertarungan yang hebat, ada saat dimana “katong dudu” untuk tenangkan hati dan pikiran; Saat itulah Tuhan menunggu pengakuan yang jujur. Terima Kasih Tuhan, Engkau telah memberikan kesempatan bagi kami untuk berhenti sejenak. Sampai disini kami duduk merenung, berdoa dan bernyanyi memuji Tuhan; dalam Gedung Gereja Ebenhaezer, Roh Kudus memberi petunjuk bagi kita untuk mengambil keputusan hidup yang bijaksana.


Sampai di sini “EBEN-HAEZER”(bnd. 1Samuel 7:12). Ternyata ada yang kurang disaat kita menghadap Tuhan dalam doa dan kepasrahan diri; yaitu diri kita sendiri. 
Harapan untuk hidup yang lebih baik tetap ada dalam diri setiap orang. Bagaimana kenyataannya ? 
Tuhan masih memberi kesempatan bagi kita untuk hidup dan berkarya; Perjalanan masih berlanjut


Serili Baru



Tanggung Jawab Dalam Pelayanan
Membangun Kebersamaan Dan Persekutuan Jemaat Serili
Pasca Perluasan Desa ( 23 Maret 2008)
Oleh: Pdt. M.O.Tapilouw, S.Si
PENDAHULUAN:
Tulisan ini disusun dan disampaikan, menyatu dengan Tema Sub Tema pada Persidangan ke- 20 Jemaat GPM Serili; Dalam rangka memberi arah  bagi Warga Jemaat GPM Serili dan atau Warga Desa serili, Pasca Perluasan Desa”. Selanjutnya dikemukakan secara singkat saja – sesuai kendala-kendala yang bermunculan dalam hidup segenap warga jemaat.
Setelah mengkaji masalah-masalah internal dalam Jemaat dan desa; Maka, upaya menjawab perkembangan/perubahan, membangun kebersamaan dan persekutuan warga jemaat pasca Perluasan Desa; Ditempuh langkah-langkah kebijakan pelayanan yang dilakukan Majelis Jemaat melalui pendekatan “Persekutuan Jemaat”, hidup kekeluargaan sesuai tatanan adatis, juga bertolak dari keputusan-keputusan Persidangan Jemaat Serili sejak Tahun 2005-2007 – membangun sinergisitas dengan tokoh-tokoh dalam Desa/Jemaat sesuai kompetensi masing-masing.
Sesuai dinamika pelayanan yang dijalani selama tiga tahun terakhir ini (2005-2008), terkait dengan wilayah pelayanan yang telah mengalami perubahan; karena itu tidaklah salah, jika kita memerlukan konsep “Serili Baru” atau arah bagi segenap warga jemaat Serili untuk bertanggung jawab dalam menjawab perubahan yang telah terjadi.
            Disadari bahwa pada Sidang Jemaat ke-19 (4-5 Maret 2007) “Konsep ini telah disinggung, namun masih bersifat antisipatif sesuai kondisi saat itu (awal relokasi). Karena itu, pada saat ini; perlu diperjelas sesuai dinamika pelayanan yang berkembang dalam menumbuhkembangkan hidup kebersamaan dalam persekutuan warga Jemaat Serili hingga memasuki Tahun Pelayana 2008 ini.


KEBERSAMAAN, PERSEKUTUAN DAN TANGGUNG JAWAB WARGA JEMAAT:
Nilai sebuah kebersamaan yang tertuang dalam solidaritas hidup bersama yang mana mengambil bagian dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, tentunya saling berhubungan, memaknai dan melengkapi dengan aspek integritas (keterpaduan) yang amat mendalam pada nilai sebuah persekutuan yang telah menyatu padu dalam hidup Orang Serili dari generasi ke generasi.
Warga Jemaat Serili, adalah merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan sesuai tatanan adatis yang telah membudaya, bahkan ketika Injil masuk dan merubah “generasi sebelumnya” membawa keluar dari kegelapan menuju Terang Kristus sejak 11 Mei 1919 (Baptisan Pertama bagi 348 orang: dari SARESI sampai LELYARI).
Keseluruhan warga Jemaat GPM Serili yang berdiam di Desa Serili adalah: Warga Gereja Protestan Maluku yang sudah tentu mendambakan berbagai perubahan dalam segi-segi kehidupan yang bisa menguntungkan kebersamaan dan “Persekutuan” (Sosial, kemasyarakatan, ekonomi, pendidikan, dll).
Keinginan untuk menjawab perubahan terus diupayakan. Sebenarnya tindakan menantang perubahan; Awalnya telah dilakukan oleh para pendahulu/leluhur yang berpindah dari BLUBABAM (kampung lama) ke lokasi sekarang (pusat Desa/Jemaat).
Setelah mengalami berbagai perkembangan, pertambahan penduduk dll; Memang telah ada upaya-upaya untuk melakukan Perluasan Desa, namun hidup kejemaatan dan kemasyarakatan dengan berbagai tantangannya, sehingga baru pada Tahun 2004 atas prakarsa Pemerintah Desa (Almh. A.O.Herwawan) yang menjabat sebagai kepala Desa  saat itu bersama “unsur-unsur terkait” dan warga desa/jemaat melakukan pembongkaran lahan, dan puncaknya pada Maret 2005, dilakukan pembongkaran dan pembangunan rumah-rumah penduduk secara bertahap (bagi yang bermukim di lokasi perluasan) hingga saat ini.
Bahwa dalam sebuah tatanan kehidupan berjemaat dan bermasyarakat, sudah tentu ada begitu banyak perbedaan dan tantangan. Karena itu, perbedaan pandangan atau cara berpikir yang cenderung sepihak, perlu dikritisi secara baik (arif dan bijaksana), agar tidak menimbulkan konflik internal yang berkepanjangan. Sehingga, mau tidak mau harus di tata sedemikian rupa sesuai kondisi yang ada.
Sikap keterbukaan (inklusif), diharapkan bisa menjembatani berbagai perbedaan pandangan dan memberi penghargaan kepada sesama warga jemaat, dalam rangka menyatukan segala perbedaan sebagai kekuatan; lebih tepat “Anugerah Tuhan” yang harus didayagunakan untuk membangun,  bukan untuk disepelekan. Dari sini, solidaritas kebersamaan; harus benar-benar terwujud dalam sikap dan rasa saling memiliki (Sens Of Belonging) serta saling sepenanggungan dan sepenanggung jawab (sense of Responsibility).
Hingga Tiga Tahun terakhir ini, sejak Maret 2005 (Pembongkaran dan pembangunan rumah-rumah warga jemaat) di Lokasi Perluasan; Konflik internal telah memperlihatkan adanya berbagai kecenderungan “negatif” yang perlu ditindaklanjuti dengan melakukan langkah-langkah antisipatif, guna menyadarkan berbagai pihak – terkait dengan perubahan yang telah terjadi.
Bagaimanapun juga, Perluasan Desa yang mengakibatkan sebagian warga jemaat telah bermukim di lokasi Perluasan (sebelah utara dalam petuanan Serili) dan telah disamaratakannya unit-unit pelayanan serta wadah-wadah pelayanan (Unit Efrata dan Nazareth/Sektor Maranatha dilokasi Awal – Unit Getsemani dan Yerikho/ Sektor Imanuel di lokasi Perluasan), dilatarbelakangi oleh Lokasi Awal/Pusat Jemaat yang kesulitan menampung dinamika perkembangan masyarakat ke depan.
Harus diakui bahwa: Perluasan Desa adalah satu langkah maju bagi seluruh warga desa untuk ke depan dapat menjawab berbagai perkembangan secara leluasa; Namun kita perlu memiliki arah yang tepat untuk mencapai tujuan yang belum final. Artinya kita tidak hanya membangun rumah di lokasi perluasan dan setelah itu selesai – tetapi ada banyak hal yang perlu diupayakan  dalam kerangkan membangun kebersamaan yang lebih menyentuh warga jemaat atau Desa secara menyeluruh.
Sejumlah gagasan yang dikembangkan – mulai dari Persidangan XVII Tahun 2005, Persidangan XVIII Tahun 2006 dan berkelanjutan pada Persidangan XIX Tahun 2007; Upaya mewujudkan sinergisitas (kerja sama) dengan seluruh komponen dalam jemaat secara bertahap, maka dalam memasuki Tahun pelayanan 2008 berbagai konflik internal dapat diminimalisir.
Kerja sama dikalangan warga jemaat untuk menjawab program-program jemaat maupun desa – penetapan lokasi untuk mendirikan Gedung Gereja Baru (BK) di sector Imanuel (Lokasi Perluasan) telah terjawab – ini juga merupakan bukti nyata dari kesadaran selutuh warga jemaat dalam menjawab perubahan yang sedang terjadi.
Warga Jemaat secara implicit sebagai “gereja yang sebenarnya” dengan segala ketidaksempurnaan, masih selalu ada dalam “situasi” keterpecahan dalam bingkai hidup persekutuan (Keluarga, jemaat, masyarakat). Karena itu, sebagai Gereja-gereja yang hidup, warga jemaat Serili pada umumnya harus tetap siuman/sadar dengan kesiapan yang memadai, untuk turut ambil bagian dengan penuh rasa tanggung jawab, serta bahu –membahu memanggul beban, dan membantu memecahkan masalah dalam medan gumul bersama secara berkesinambungan. Prinsipnya; Warga Jemaat harus semakin kritis dan realistis terhadap segala bentuk kebijakan pelayanan yang menguntungkan kebersamaan; Bertolak dari pendekatan nilai-nilai dasar Iman Kristen, keberadaan masyarakat dari sisi adatis dan Wilayah Petuanan Serili adalah: Satu kesatuan yang perlu dipertahankan dalam satu Pemerintahan Desa Serili/Satu Jemaat GPM Serili, sebagai jawaban atas PENGAKUAN BERSAMA YANG HARUS DIPERTANGGUNG JAWABKAN sejak Senin 16 Juli 2007,  Selasa 17 Juli 2007 dan puncaknya pada Rabu 18 Juli 2007 (Pergumulan bersama di dua lokasi – (Lokasi Awal dan Lokasi Perluasan).
Dari sinilah kita perlu memandang “PETUANAN SERILI” sebagai “RUMAH BERSAMA” tempat perjumpaan orang-orang Serili dari generasi ke generasi untuk membangun kebersamaan dan persekutuan yang lebih nyaman, bermutu dan penuh makna; dengan demikian, dibutuhkan kesadaran aksi yang menyapa di antara sesama saudara dalam upaya membentuk serta mempertahankan “Identitas Kebersamaan” Generasi Losir, sebagai satu kekuatan fungsional untuk menggerakan, mengontrol dan mengendalikan serta mengarahkan aktivitas seluruh komponen dalam jemaat dan desa dalam rangka mewujudkan ideal-ideal kehidupan bersama. Dengan begitu, kita akan lebih leluasa menentukan sikap hidup yang berpihak pada keadilan, kejujuran dan kebenaran secara terbuka (tanpa memisahkan diri atau dibatasi dengan “batas wilayah” kekuasan dll. Bukan tidak mungkin arah seperti ini, diharapkan lebih menghidupkan fungsi-fungsi kebersamaan yang telah menjadi bagian hidup bersama hingga saat ini.

SERILI BARU : MENANTANG JAWAB PERUBAHAN:
Serili Baru yang dimaksudkan disini bukanlah sebuah pemberian nama baru bagi lokasi tertentu, tetapi lebih menunjuk kepada Generasi Serili yang telah menjawab tantangan dan bersedia membuka diri, saling membarui, dan mau mewujudkan kehidupan bersama yang harmonis, yang dibangun atas dasar iman, cinta kasih dan kebersamaan demi kepentingan bersama segenap warga jemaat/desa yang telah menjawab berbagai harapan dan kerinduan untuk berubah.
Pemahaman seperti ini hendak menitikberatkan pada aspek integritas  dari persekutuan yang memandang kehidupan bersama secara utuh dan terpadu. Karena itu, tidak perlu ada pengkotak-kotakan antara yang lama dan baru, atau layak dan tidaknya “satu lokasi” dan orang-orang yang berdiam di dalamnya; tetapi semuanya ada dalam satu kebersamaan yang mau berubah dan siap menerima perubahan dan pembaruan. Sehingga tidaklah salah, jika kita diajak untuk ada dalam semangat persaudaraan  seperti itu.
Adapun beberapa hal yang perlu dilihat dan dijadikan sebagai tolak ukur dalam menantang jawab perubahan yang sedang terjadi dan akan terus mengalami berbagai perkembangan ke depan.
1.       Interen Jemaat:
a)      Wilayah Pelayanan Jemaat GPM Serili, pasca perluasan desa, memang telah berubah; Namun, kenyataan ini tidak perlu dilihat secara terpisah atau pandangan sempit lainnya yang menjurus pada sikap memisahkan diri dari persekutuan awal yang sesungguhnya. Sebelum persekutuan bisa dikatakan untuk dan terpadu, jika sikap saling menerima dinampakan oleh orang-orang didalamnya.
b)      Terjadi Perluasan Desa, karena ada Sebuah Desa, yang sebelumnya mewadahi sebuah persekutuan dengan segala dinamika hidupnya, yang didalamnya warga jemaat GPM Serili bertumbuh dan berkembang. Tanpa sebuah desa, kita tidak mungkin membuat program perluasan desa. Jelasnya, kita tetap ada dalam arak-arakan bersama sesuai keputusan maupun arah kebijakan yang ditempuh bagi kehidupan segenap warga jemaat. Karena itu, tidak perlu ada pengkotak-kotakan di antara sesama orang barsaudara.
c)       Berupaya mengembangkan sikap hidup bergereja dan bermasyarakat mulai dari pribadi-pribadi  dalam keluarga, lewat berbagai kegiatan pelayanan yang dikembangkan, serta memberi peluang untuk pengembangan lebih luas dan menjangkau hubungan-hubungan kekeluargaan dan atau persaudaraan  yang lebih berarti, dalam rangka membentuk sikap hidup yang lebih dewasa, sehingga diharapkan dapat berfungsi  secara maksimal dalam menciptakan dan mengembangkan kerukunan, merasa bertanggung jawab serta memberi semangat atau saling mendorong kearah pembaruan hidup yang lebih menghidupkan (Pembinaan/Pastoral/Ibadah, dll).
d)      Perlu ditingkatkan sikap keterbukaan sesuai batasan etis dan kehidupan moral yang bertanggung jawab dan karena itu, sikap ketertutupan yang ingin menang sendiri, atau sikap egois lainnya perlu dihilangkan sehingga sinergisitas pelayanan diberbagai kalangan dalam jemaat, dapat terarah dan terwujud secara baik.
e)      Untuk membangun kebersamaan “Pasca perluasan Desa”, Perlu kehati-hatian majelis Jemaat dalam menempuh kebijakan-kebijakan pelayanan dan kemudian berupaya menjembatani sikap-sikap warga jemaat yang cenderung ekstrim terhadap arah pelayanan, lewat “tindakan-tindakan tertentu”yang terkadang tidak kondisional .
Dengan berubahnya Wilayah Pelayanan, maka arah pelayanan pun perlu diselaraskan dengan kenyataan yang sedang terjadi, sehingga seluruh warga jemaat merasakan sentuhan yang seimbang.
Dimensi/ukuran tanggung jawab dalam menantang perubahan pada bagian ini; tidak lebih dari sebuah harapan yang perlu menjadi dasar penilaian, untuk kemudian menilai dan memaknai rentetan perjalanan bersama hingga saat ini: Mau tidak mau, memaksa kita segera mengambil keputusan demi kepentingan bersama, sehingga pada poin berikut ini; Ada beberapa hal (Rekomendasi Pikir) yang perlu ditindaklanjuti bersama, dalam membangun persekutuan:

Membangun Hubungan Antar Sesama Warga Jemaat/Desa. Perangkat Majelis Jemaat, Pemerintah Desa dan Orang Bersaudara di Tanah Rantau:
a)      Dalam Upaya membangun hubungan yang harmonis dikalangan Warga Jemaat, pertama-tama harus muncul kesadaran sehati sepenanggungan, melalui perwujudan sikap yang mau berubah, siap di ubah, dan kualitas sumber daya warga jemaat yang dewasa dalam menantang berbagai perkembangan dan perubahan di segala bidang kehidupan; dengan memandang segala perbedaan sebagai berkat bukannya yang bersifat ancaman.
b)      Perlu dilakukan penguatan hidup bergereja pada masing-masing sector/unit-unit pelayanan; Wadah pelayanan – anak/remaja dan pemuda sebagai Tulang Punggung Gereja, masyarakat dan bangsa  lewat kegiatan-kegiatan (sharing, diskusi, dialog dll), yang lebih mengena sesuai kebutuhan segenap warga jemaat secara berkelanjutan, sehingga komunikasi personal maupun kelompok lebih tertanggung jawab.
c)       Majelis Jemaat sebagai Motor Penggerak Pelayanan dalam Jemaat, perlu meningkatkan pelayanannya  secara lebih fungsional  ditengah-tengah perbedaan pandangan, sesuai kenyataan hidup warga jemaat yang cenderung mengambil keputusan-keputusan pribadi yang pada kenyataannya bisa berdampak negatif  dan tidak menguntungkan kebersamaan.
d)      Untuk meningkatkan hidup bersama dalam jemaat dan Desa, maka perlu ada sinergisitas antara Majelis Jemaat dan Pemerintah Desa dalam rapat-rapat dan lainnya semacam itu; sesuai fungsi, tugas,  dan tanggung jawab masing-masing dalam menghadapi musuh bersama yakni: “ Kemiskinan, Kebodohan, dan keterbelakangan. Bagaimanapun juga, hidup berjemaat dan bermasyarakat secara kualitatif (mutu), turut dipengaruhi oleh kepemimpinan dalam jemaat dan Desa. Ini menjadi penekanan yang sangat penting, karena disadari bahwa Majelis jemaat sebagai bagian integral dari Gereja, tidak serta merta lalu menjadi seperti Pahlawan Tunggal bagi keseluruhannya; Sebab di tengah-tengah kebersamaan  dan atau persekutuan , semuanya mendapat panggilan dan pengorbanan yang sama – karena itu, semua harus berjuang demi pencapaian ideal-ideal kehidupan bersama selaku generasi “LOSIR” yang membahagiakan ; sehingga Majelis Jemaat, Pemerintah Desa, Para Guru SD Kristen Serili dan berbagai pihak dalam Jemaat semakin meningkatkan “harkat dan martabat”  rasa percaya diri dan harga diri warga jemaat atau Desa secara menyeluruh dan berkelanjutan disegala bidang kehidupan (baik jasmani, maupun rohani, fisik maupun non fisik, mental maupun spiritual, sosial, ekonomi,politik, serta pikiran pembaruan).
Pada aras ini, mengarah pada upaya “PENANGANAN LAPISAN GENERASI SERILI” yang berada pada posisi tertinggal dan jauh dalam berbagai persaingan, dalam artian berada pada posisi menunggu.
Jemaat GPM Serili, adalah Jemaat yang “Brothership” yang meliputi seluruh Generasi Serili (GENSER) yang ada di dalam maupun di luar jemaat dalam rangka saling menopang. Penekanan seperti ini, harus tetap menjadi visi (wawasan bersama), sehingga berbagai upaya pengembangan dan pemberdayaan, semakin masuk dan menerobos tiap person dalam jemaat yang berkompetensi untuk melihat sekaligus terhadap setiap ketertinggalan yang di alami.
Demikian gambaran sebuah harapan, serta arah dalam menantang perkembangan dan upaya yang perlu dicapai dalam membangun persatuan dan persaudaraan dalam jemaat GPM Serili “Pasca Perluasan Desa. 

AAAAAA

Memori Pelayanan



(Sekilas Lugas Jemaat GPM Serili )

Oleh: Pdt. M. O. Tapilouw, S.Si


Pengantar
Catatan ‘memori pelayanan’ ini merupakan sajian tentang tugas pelayanan yang dijalani bersama warga jemaat GPM Serili sejak 22 Pebruari 2005 s.d mutasi tanggal,3 Maret 2011 dan disusun dalam bentuk yang sangat sederhana dan  singkat.
Memori Pelayanan ini memuat beberapa catatan diantaranya: 1) Letak Geografis Jemaat, 2) Pertumbuhan dan Perkembangan, 3) Melayani sejak 22 Pebruari s.d Mutasi tanggal 3 Maret  2011, Curahan Kasih Tuhan (sebuah perenungan), Penutup/Ucapan Terima Kasih dan Lampiran-lampiran . Semoga bermanfaat.

1.      Letak Geografis

Jemaat GPM Serili terletak dibagian Utara  Pulau Marsela. Secara administratif Pemerintahan – Serili berada dikawasan Kecamatan Babar Timur – Kabupaten Maluku Barat Daya –  Propinsi Maluku. Untuk ke Serili dari pusat Kecamatan menggunakan sarana transportasi motor laut, demikian juga sebaliknya dari Serili menuju Kecamatan Babar Barat dimana terdapat Pusat Klasis GPM Pulau-pulau Babar.
Untuk mengetahui lebih jelas batas wilayah pelayanan jemaat Serili  dapat dilihat pada lampiran Peta Pelayanan.
Di Desa /Jemaat Serili hanya terdapat satu komunitas agama yakni ‘Agama Kristen Protestan’ yang merupakan wilayah pelayanan Gereja Protestan Maluku; demikian juga 9 (Sembilan) desa dan 1 (satu) dusun lainnya di Pulau Marsela.
Hingga tanggal 3 Maret  2011 – Jumlah KK sebanyak 75 KK. Jumlah jiwa seluruh warga Jemaat GPM Serili sebanyak 280 Jiwa (laki-laki 126 Orang/Perempuan 154 Orang)
Jumlah Penduduk/ Warga Jemaat Serili sebagaimana digambarkan diatas, adalah penduduk/warga jemaat yang saat ini menetap di dalam Desa/Jemaat yang mobilitasnya tinggi, karena sering melakukan perjalanan keluar desa/jemaat ke kota-kota lainnya seperti Saumlaki , Tual, Dobo dan Ambon dikarenakan tuntutan Ekonomi, pendidikan, dll. 

2.      Pertumbuhan dan Perkembangan

Serili adalah salah satu Jemaat di Pulau Marsela, yang telah menerima Injil Yesus Kristus sejak tahun 1918 oleh Penginjil Hein Roberth de Fretes, yang melayani sejak Tahun 1918 s.d 1924, di masa pelayanan Penginjil Hein Roberth de Fretes di lakukannya baptisan pertama bagi 380 orang “generasi sebelumnya”: dari SARESI sampai LELYARI, membawa keluar dari kegelapan menuju Terang Kristus sejak 11 Mei 1919 yang kemudian ditetapkan sebagai HUT Jemaat GPM Serili. (Copyright © 1919  Buku Daftar Permandian RESSORT MOLUKKEN der Protestantsche Kerk van Ned Indie” Jemaat Serili”)
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya; Jemaat ini telah mengalami sentuhan pelayanan dan kesaksiaannya selama kurang lebih 91 Tahun sampai saat ini Pebruari 2011; Keberadaan jemaat ini, terpelihara dengan baik lewat partisipasi penuh dari seluruh warga jemaat, dukungan Majelis Jemaat, Badan Pekerja Klasis Pulau-pulau Babar, juga Majelis Pekerja Harian Sinode GPM yang menempatkan Penginjil dan atau Pendeta di Jemaat ini.
Dalam masa pertumbuhannya, Jemaat ini telah dilayani oleh Penginjil/Pendeta sebanyak 18 Orang – termasuk kehadiran dua Vikaris yang menjalani masa vikariatnya (Vikaris Leonard Polnaya , S.Th Tahun 1995 & Helky Brando Veerman Tahun 2005).

NAMA-NAMA PENGINJIL/PENDETA SELAMA MELAYANI DI JEMAAT SERILI (Tahun 1918-2011)

1.
Penginjil
:
Hein Roberth de Fretes
1918-1924
2.
Penginjil
:
Jonathan Berhitu
1924-1925
3.
Penginjil
:
Arnold Tomasoa
1926-1932
4.
Penginjil
:
Eduard Lessy
1933-1934
5.
Penginjil
:
Johanis Ulorlo
1934-1935
6.
Penginjil
:
Costantinus Umkeketuny
1935-1936
7.
Penginjil
:
Willem Berhitu
1936-1937
8.
Penginjil
:
Fredek Pesireron
1938-1941
9.
Penginjil
:
Thomas Hetaria
1943-1944
10.
Penginjil
:
Jakob Erupley
1945-1946
11.
Penginjil
:
Yan Gaspers
1947-1948
12.
Penginjil
:
Hermanus Uniwaly
1950-1951
13.
Penginjil
:
Nikolas Ubleeu
1953-1959
14.
Penginjil
:
Costantinus Bulohroy
1962-1969
15.
Penginjil
:
Dortheis Famney
1977-1985
16.
Pendeta
:
Leonard Polnaya, S.Th
1996-2003
17.
Pendeta
:
Yan Hattu, S.Th
2003-2005
18.
Pendeta
:
Marthin. O. Tapilouw, S.Si
2005-2011
Data Jemaat:1919-2011

3.      Melayani di Jemaat GPM Serili Sejak 22 Pebruari 2005 s.d Mutasi Tanggal 03 Maret 2011:

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pelayanan, kesaksian dan pembinaan umat – Sejak di SK-kan oleh BPH Sinode GPM untuk melaksanakan Tugas Kependetaan (Jemaat Pertama Bertugas); Buka kerja di Jemaat GPM Serili Tanggal 22 Pebruari 2005: Serah teriman Ketua Majelis Jemaat dari Pdt. Yan Hattu, S.Th kepada saya :Pdt. Marthin Okterlians Tapilouw, S.Si, yang pada waktu itu disaksikan oleh BPK P.p Babar Pdt.Ny.S.Bebena/T,Sm.Th .
Tentunya selama kurang lebih 6 (enam) Tahun melayani di Jemaat GPM Serili, diperhadapkan dengan berbagai kenyataan pelayanan yang turut mendidik dan membentuk jati  diri sebagai pelayan Tuhan yang harus mengenal, memahami dan merasakan seluruh keberadaan kawanan domba gembalaan Allah yang dilayani, untuk kemudian lebih siap menghadapi tantangan-tantangan pelayanan selanjutnya.
Berikut ini beberapa catatan singkat selama melaksanakan tugas pelayanan:
v  Pelayanan Baptisan Kudus, Sidi dan Nikah:
Hingga mengakhiri tugas di jemaat GPM Serili; Telah melakukan Baptisan Kudus kepada 56 Orang Anak, Sidi 12 Orang dan Nikah 5 Pasangan. Pelayanan yang sama dilakukan juga di Jemaat GPM BULAT dan Jemaat GPM ILMAS karena tidak ada pendeta sejak Tahun 2008-2010 yang pada waktu itu melakukan pelayanan bergilir (Perjamuan Kudus) dengan Pdt. K.Mosse S.Th (Ketua Majelis Jemaat GPM Latalola Besar) pada dua jemaat tersebut.
v  Pelayanan, Kesaksian dan Pembinaan:
Tugas pelayanan, kesaksian dan pembinaan umat di jemaat; tentu diperhadapkan dengan berbagai tantangan; diantaranya Daya dukung warga jemaat, perangkat pelayan, juga Pemerintah Desa dan atau pemangku adat.
Kondisi Rill Jemaat, sejak 22 Pebruari 2002 s.d. Mutasi, terus berada pada tingkat-tingkat perubahan ke arah yang lebih baik (Unit-unit pelayanan,  wadah-wadah pelayanan, pribadi dan keluarga).
Meskipun begitu, satu hal yang masih menjadi ‘Pekerjaan Rumah’ bagi Majelis Jemaat adalah ketentuan-ketentuan adat yang berlaku di jemaat, yang turut mempengaruhi cara berpikir serta pola tindak dalam pengambilan keputusan untuk ‘memutuskan perkara’ dari sisi adatis sebab kenyataannya banyak persoalan yang diselesaikan dengan aturan adat – sering tidak menyelesaikan persoalan; salah satunya “Perceraian Adat” bagi pasangan yang sudah nikah Gereja maupun tercatat pada catatan sipil, dan hal ini cukup menyulitkan Majelis Jemaat dalam melakukan tindakan-tindakan pastoral, upaya penyatuan keluarga dll. 

v  Perubahan Wilayah Pelayanan:
Jemaat GPM Serili, dalam perkembangannya, diperhadapkan dengan Lokasi pemukiman Awal, yang sudah tidak bisa menampung dinamika pertumbuhan masyarakat dari segi infrastruktur – sarana umum, pembangunan rumah-rumah penduduk dan lainnya.
Salah satu program Desa untuk menjawab kebutuhan masyarakat tersebut adalah  Program Perluasan Desa yang dibahas juga dalam Persidangan Jemaat – Sehingga Tahun 2004 di dimotori oleh Pemerintah Desa yang pada waktu itu Alm. A.O.Herwawan menjabat sebagai Kepala Desa,  Pdt. Yan Hattu S.Th Sebagai Ketua Majelis Jemaat bersama seluruh komponen dalam Jemaat dan Desa melakukan pembongkaran lahan di sebelah Utara (±2 Km dari lokasi pemukiman awal (bagian selatan).
Pembongkaran dan pemberisihan Lokasi Perluasan Desa/Jemaat masih berlanjut hingga serah terima tugas dengan Pdt. Yan Hattu, S.Th  tanggal, 22 Perbruari 2005.
Tepatnya Tanggal 25 Maret 2005, dimulainya proses pembongkaran Rumah-Rumah Penduduk bagi warga jemaat/desa yang akan pindah ke lokasi perluasan. Pembangunan rumah-rumah penduduk/warga jemaat dimulai dari tanggal 1 April 2005  dan Tanggal 10 April 2005 Pdt.M.OTapilouw bersama Majelis Jemaat mendoakan 2 KK pertama (Kel.Yakonias Emray – Kel. Yusmina Famney)untuk menempati rumah di lokasi Perluasan.
Sebagaimana  wilayah Pelayanan Jemaat yang telah mengalami perubahan pasca perluasan Desa; Tanggal 16 Maret 2006 di lakukan rapat penentuan Lokasi Pembangunan Gedung Gereja Baru. Mengingat kontradiksi yang terjadi dalam jemaat, maka Pdt. M.O.Tapilouw sebagai Ketua Majelis Jemaat dipercayakan untuk menentukan Lokasi dan Lokasi yang ditentukan adalah di Pemukiman Baru (Tanjung) kemudian pada Tanggal, 2 Desember 2008 dilakukan peletakan batu pertama dan pemancangan ‘Tiang Bermula’ gedung gereja baru (BK) oleh Ketua Klasis P.p.Babar, Pdt. Max Syauta, S.Th.
Kelanjutannya, pada Sidang ke 18 Jemaat GPM Serili (Senin, 5 Maret 2007) secara resmi di tetapkan 2 unit Pelayanan di Pemukiman awal/Pusat Jemaat/Desa (unit Nazareth- Efrata/Sektor Maranatha) dan 2 Unit pelayanan di Pemukiman baru (Unit Getsemani – Yerikho/Sektor Imanuel) hingga sekarang.   

v  Perkembangan Keuangan Gereja Di Jemaat: Mempedomani Keputusan Sidang Jemaat dari Tahun 2005 (Sidang Jemaat ke-17) s.d Tahun 2010( Sidang Jemaat ke 22) Penetapan Dan Realisasi Keuangan;  dapat dirinci sebagai berikut:
1.       Sidang Ke 17 Jemaat GPM Serili (13-14 Maret 2005). Realisasi Pendapatan Tahun  2004 Rp. 11.000.000,-.Penetapan Anggaran Tahun 2005 Rp.25.164.300,-
2.       Sidang ke 18 Jemaat GPM Serili (22-23 Januari 2006). Realisasi Pendapatan Tahun 2005 Rp. 17.307.300 – Realisasi Belanja Sebesar Rp.13.083.400,-
3.       Sidang ke 19 Jemaat GPM Serili ( Tahun 2007) Dianggarkan  26.015.900,- Realisasi Pendapatan Sebesar Rp. 28.109.500,- Realisasi Belanja sebesar Rp. 22.775.500,-
4.       Sidang ke 20 Jemaat GPM Serili, (26-27 Maret 2008) Penetapan Rp.33.266.000,- Realisasi Pendapatan Tahun 2009 Rp.35.175.000,- Realisasi Anggaran Belanja Tahun 2009 Rp. 31.912.000,- Realisasi UKP Tahun 2009: 3.574.000,- Saldo Akhir Tahun 2009 Rp.3.263.000,-
5.       Sidang ke-21 Jemaat GPM Serili, (15-16 April 2010) Penetapan Rp. 50.000,000,- Realisasi Total Pendapatan Rp.     39.089.500 , Total Belanja. Rp.31.635.800,- dengan perincian:
·         Pendapatan Murni Rp. 30.914.000,-
·         Belanja Murni Rp. 23.460.300,-
·         Urusan Kas Dan Perhitungan                       Rp. 8.175.500,-
·         Saldo Kas 31 Desember 2010                              Rp. 7.453.700,-
v  Pembangunan Sarana Infra Struktur: Selama melaksanakan Tugas ; berkaitan dengan poin ini, bersama Majelis Jemaat dan Warga jemaat telah membangun: (1). Gedung Gereja Baru (BK) di lokasi Perluasan Desa/jemaat sejak 22 Desember 2008 masih dalam taraf membangun, (2). Gedung Patori Jemaat yang di bangun 2 tahap (Tahap pertama dibangun sejak tahun 2009 telah selesai) Tahap kedua pembongkaran Bangunan Pastori lama telah dilaksanakan pada Tanggal 8 Januari 2011 sementara dalam tahap membangun.

v  Angka Kelahiran dan Kematian: Selama melaksanakan Tugas:
1. Terjadi penambahan anggota jemaat (kelahiran) 50 orang anak (Laki-laki:25 – Perempuan 25).
2.  Kematian: 12 Orang (3 Orang Anak/balita, 9 orang dewasa dan usia lanjut didalamnya ; 1 orang Majelis Jemaat (alm. Wilhelmus Lewier), 1 orang tuagama (alm. Menaze Emray), Kepala Desa. (alm.A.O.Herwawan), dan Ketua Adat/Saniri Negeri (alm. E. Herwawan).