Sebuah Perenungan
oleh:Okterlians Tapilouw
dan terasa berat; ketika Tangan KasihMu dengan
lembut menyentuh pundakku; Keheningan malam masih menyelimuti, dalam kelemahan
Roh Kudus memampukan diri, melembutkan hati untuk tetap berucap penuh harap.
Tangan Kasih itu kian mendekap erat – pada saat itu, Sang Penolong bertemu,
menyatu dalam jiwa dan raga. Tak terasa malam berlalu begitu cepat, Sang Surya
mulai menampakan keperkasaannya, pagi menyadarkan kita tentang harapan yang
didambakan dan kenyataan yang akan di jalani; Mata masih tetap menatap panorama
karya Cipta Yang Maha Kuasa; “Bumi Losir
Tercinta”, Jemaat Serili yang turut
mendidikku sebagai Pelayan Tuhan yang harus bertarung bersama “Kawanan
Domba Gembalaan Allah” yang masih berjuang menemukan “rumput hijau” di
cela-cela bebatuan, dan sering kesulitan menemukan “sumber air” untuk
melepaskan dahaga, tetapi Tuhan Sumber Air Hidup menurunkan
hujan tepat pada waktunya.
|
Mereka masih menapaki “Padang Batu" pemberian Tuhan .
Tuhan , Engkau tahu setiap sisi lemah diri ini yang balik menghantam.
Saat pewartaan; Perlahan-lahan menghampiri mereka yang siap menyambut kehadiran
Tuhan untuk menguatkan sisi lemah; seperti memandang cermin yang berdebu, ada
yang harus dibersihkan; Beta adalah salah satu yang dinilai Tuhan – Ketika
menulis khotbah, ketika selesai berkhotbah, ketika mengambil bagian dalam
persekutuan dengan segala konsekuensinya; Mata Hati tetap berbisik menggugah
nurani: Beta bahkan belum lebih baik, dari kata demi kata yang tercetus dari
mulut yang pernah kotor, tangan yang pernah kotor, kaki yang pernah salah melangkah.
Semuanya masih terpaut menjadi satu; disaat hampir hancur, Engkau
menggoyang pundakku, menggetarkan hati mereka. Persaudaraan masih terjalin,
seperti sebongkah Kristal yang berkilauan, semurni emas yang teruji; dengan
keteguhan hati untuk tetap menjawab tantangan dan perubahan di depan, bahwa:
ada yang harus dikuatkan dan dipertahankan yaitu keteguhan Iman. Ya, hidup beriman yang sungguh untuk menunjukan
kepatuhan dan menyerahkan seluruh keberadaan kepada Tuhan.
Kampung
baru
|
Dengan “beriman”, kita tetap berada pada posisi sebagai hamba,
sahabat, dan anak-anak Tuhan secara rohani, agar memperoleh arah yang tepat
untuk bertindak secara dewasa, sebab dengan kedewasaan iman, memungkinkan kita
mampu melangkah dengan tepat, menempuh jalan yang dikehendaki Tuhan.
Tuhan memungkinkan kita hidup dalam dunia ini, adalah untuk menikmati
segala Pemberian , Berkat dan AnugerahNya. “Katong samua” dituntut untuk
berjuang dengan jerih payah dan memperolehnya dengan jujur, sebab apapun yang
diterima lewat perjuangan yang benar, meskipun sedikit di mata manusia, tetapi
itulah CURAHAN KASIH TUHAN YESUS
kepada kita untuk digunakan , meskipun harus menolong orang lain.
Dalam menghadapi sebuah pertarungan yang hebat, ada saat dimana “katong dudu” untuk tenangkan hati dan
pikiran; Saat itulah Tuhan menunggu pengakuan yang jujur. Terima Kasih Tuhan, Engkau telah memberikan kesempatan bagi kami untuk
berhenti sejenak. Sampai disini kami duduk merenung, berdoa dan bernyanyi
memuji Tuhan; dalam Gedung Gereja Ebenhaezer, Roh Kudus memberi petunjuk bagi
kita untuk mengambil keputusan hidup yang bijaksana.
Harapan untuk hidup yang lebih baik tetap ada dalam diri setiap orang.
Bagaimana kenyataannya ?
Tuhan masih memberi kesempatan bagi kita untuk hidup
dan berkarya; Perjalanan masih berlanjut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar